Selasa, 08 Juni 2010

Desain Pengembangan Lab Bahasa Digital




Suatu babak baru dalam zaman modern ini telah datang, dimana kita sangat bergantung pada informasi. Negara-negara maju secara ekonomi, menempatkan informasi dan teknologinya sebagai salah satu point terpenting didalam mempercepat proses transformasi dibidang perekonomian dan kehidupandinegaranya. Dengan penguasaan teknologi informasi yang baik, mereka mampu mensinergikan teknologi informasi tersebut dengan sektor atau bidang lainnya seperti pertanian, kelautan, kesehatan, pemerintahan, perekonomian, pendidikan, dan lain-lain, guna memberikan nilai tambah atau meningkatkan kesejahteraan penduduk di negaranya. Bagaimana dengan negara kita?

Saat ini penggunaan teknologi informasi mulai marak dinegara kita, terutama disektor industri. Namun, dari segi pemanfaatannya, masih belum maksimal. Tidak maksimalnya pemanfaatan teknologi informasi ini, salah satunya disebabkan karena kurang siapnya sumber daya manusia dalam menggunakan, memanfaatkan dan mengantisipasi perkembangan teknologi informasi tersebut. Selain itu, perkembangan teknologi informasi yang pesat serta sifatnya yang global, akan semakin sulit dipelajari bila tidak didukung oleh kemampuan penguasaan bahasa asing. Bahasa sebagai salah satu bentuk alat penyampaian informasi merupakan elemen kunci bagi penguasaan teknologi informasi.

Peran serta sektor pendidikan dalam peningkatan kompetensi sumber daya manusia dibidang teknologi informasi dan bahasa dapat menjadi solusi bagi hal tersebut diatas. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan pengenalan dan pembelajaran sejak dini terhadap teknologi informasi dan bahasa asing disekolah-sekolah. Guna tercapai tujuan diatas, banyak sekali hal yang perlu disiapkan diantaranya, sarana prasarana dan juga metoda pengajaran. Seperti, penyediaan laboratorium komputer dan laboratorium bahasa disekolah-sekolah. Besarnya biaya yang diperlukan untuk menyiapkan sarana prasarana seperti, ruang, peralatan lab, dan materi pengajaran menimbulkan ketimpangan atau tidak semua sekolah mampu menyediakan fasilitas tersebut diatas. Masalah yang muncul tersebut tentunya bukan lantas menyurutkan langkah kita untuk turut serta meningkatkan kualitas sistem pendidikan dinegara kita, melainkan menjadi salah satu pemacu agar kita dapat mencari solusi dari masalah tersebut, karena peningkatan kualitas pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama.

Selama kurang lebih dua tahun kami sebagai pengembang perangkat lunak (software developer) telah bekerja keras guna mencari pemecahan masalah tersebut, dan kami berhasil mengembangkan suatu sistem beserta perangkat lunaknya (software) sebagai suatu solusi efektif bagi masalah diatas. Yaitu dengan memanfaatkan Computerized Laboratories System yang telah dilengkapi oleh perangkat lunak De'Lab Language Laboratory Application Ver 1.6. De'Lab Language Laboratory Application Ver 1.6 adalah software yang dibuat untuk mengoptimalkan kemampuan laboratorium komputer agar dapat pula berfungsi sebagai laboratorium bahasa. Tujuan dari dikembangkannya aplikasi ini adalah untuk menghemat biaya pembuatan laboratorium komputer dan laboratorium bahasa. Dengan adanya aplikasi ini suatu sekolah, perguruan tinggi, lembaga pendidikan tidak perlu lagi untuk membangun sebuah laboratorium komputer dan sebuah laboratorium bahasa. Cukup dengan membangun laboratorium komputer (computerized laboratories system) yang telah dilengkapi oleh software De'Lab Language Laboratory Application Ver 1.6, maka sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan telah memiliki laboratorium komputer sekaligus juga laboratorium bahasa.

Tujuan

Implementasi lab bahasa digital dilakukan dengan sejumlah tujuan sebagai berikut :

1. Mempersenjatai setiap siswa untuk keberhasilan, yaitu dengan cara membuat siswa menjadi akrab dengan komputer dan perkembangan teknologinya (pengenalan sejak dini terhadap teknologi informasi).

2. Proses pembelajaran berbagai bahasa asing dengan lebih baik. Yaitu dengan memanfaatkan kemampuan komputer dalam mengolah gambar dan suara.

3. Efisiensi dalam penyediaan peralatan laboratorium komputer dan laboratorium bahasa.

4. Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi sebagai salah satu alat untuk menyempurnakan model/metode pengajaran dan pembelajaran.

5. Diharapkan dengan desain pengembangan ini akan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Ruang Lingkup Pekerjaan

Pada pengerjaan Implementasi Lab Bahasa Digital ini ini terdapat beberapa bagian pekerjaan, yaitu :

. Instalasi aplikasi De'Lab Language Laboratory Application Ver 1.6

. Pelatihan Pengguna

. Pemasangan jaringan komputer.

GAMBARAN SISTEM

Deskripsi Produk yang Dipakai

De'Lab Ver 1.6 adalah software yang berfungsi untuk mengoptimalkan kemampuan laboratorium komputer agar dapat pula berfungsi sebagai laboratorium bahasa. Tujuan dari dikembangkannya aplikasi ini yaitu untuk menghemat biaya pembangunan laboratorium komputer dan laboratorium bahasa. Dengan adanya aplikasi ini sekolah, perguruan tinggi dan lembaga pendidikan dapat memiliki laboratorium komputer sekaligus juga laboratorium bahasa. Fitur-fitur yang terdapat pada software De'Lab Ver 1.6 ini sesuai dengan fitur-fitur peralatan lab bahasa pada umumnya, bahkan ada beberapa fitur yang tidak terdapat pada peralatan lab bahasa standar. Fitur-fitur yang terdapat pada aplikasi ini diantaranya:

1. Materi pengajaran dapat berbentuk digital baik audio dan video (lab bahasa konvensional materi berbentuk audio analog/kaset, untuk video diperlukan peralatan tambahan). Pada lab bahasa konvensional sering terjadi gangguan mekanik pada pemutar kaset materi. Hal ini menyebabkan biaya kepemilikkan dari materi pengajaran menjadi besar. Pemakaian yang berulang-ulang dapat mengakibatkan sering terjadinya kerusakan pada pita kaset. Dalam format digital hal ini tidak akan terjadi.

2. Terdapat fungsi untuk Manajemen atau pengaturan materi pengajaran, guru tidak perlu bingung memilih kaset materi saat proses belajar mengajar sedang berlangsung.

3. Terdapat fitur komunikasi langsung antara pengajar dengan seorang siswa atau seluruh siswa.

4. Kemudahan dalam updating materi pengajaran dan dalam pembuatan materi pengajaran sendiri.

5. Terdapat fitur dimana siswa dapat memilih sendiri materi yang akan dipelajari.

6. Penggunaan software yang mudah, diharapkan akan membantu meningkatkan proses belajar dan mengajar yang efektif.

7. Terdapat database siswa dan pengajar, yang nantinya dapat dikembangkan menjadi system informasi akademik untuk setiap siswa.

8. Terdapat modul examination/test dalam bentuk multiple choice atau benar salah, dimana hal tersebut tidak terdapat dalam lab bahasa konvensional.

9. Terdapat record nilai ujian siswa, sehingga guru dapat memantau perkembangan kemampuan siswa.

10. Serta masih banyak lagi fitur-fitur lainnya.

Skema Jaringan

Skema peralatan dan jaringan yang diperlukan untuk mengoperasikan De'Lab Ver 1.6 yaitu menggunakan topologi jaringan berbentuk star yang saat ini sangat umum digunakan. Perangkat Keras

Perangkat lunak De'Lab Ver 1.6 berjalan dalam sebuah jaringan komputer dengan spesifikasi perangkat keras sebagai berikut :

1. SERVER/komputer pengajar (1 unit), minimum spek :
- Processor Pentium III 800 Mhz
- RAM 128 MB
- 40 GB HDD
- Full duplex sound card
- Ethernet Card 10/100 Mbps
- Headset
- Perangkat lunak pendukung MS SQLServer 2000

2. Workstation/komputer siswa (maksimum 34 unit), minimum spek:
- Processor Pentium II 500 Mhz
- RAM 64 MB
- 40 GB HDD
- Full duplex sound card
- Ethernet Card 10/100 Mbps
- Headset

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NASIONAL BERBASIS AGAMA DAN BUDAYA : USAHA KE ARAH KEARIFAN FUNGSIONAL DAN SPIRITUAL.


Relasi Harmonis Antara Pendidikan, Agama, Budaya, dan Perdamaian

Perdamaian adalah hajat manusia sedunia. Salah satu jalan damai yang layak diperjuangkan untuk meretas kebekuan kehidupan manusia di dunia adalah mendayagunakan institusi-institusi pendidikan, agama, dan kebudayaan.

Tugas Manusia di Dunia

Manusia adalah Khalifah, manusia akan diminta pertanggungjawaban atas tugasnya menjalankan “mandat” Tuhan itu. Tugas manusia di dunia adalah melakukan pengelolaan dan penataan kehidupan di alam dengan spiritualitas ketundukan kepada Tuhan dan semangat saling membutuhkan dan kerja sama yang bersendikan tingkah laku pro-sosial demi mewujudkan hubungan harmonis secara vertikal dan horisontal.

Pesan Agama

Ruh dan agama adalah perdamaian. Tugas dan kewajiban manusia sebagai “spesies” bumi dengan segenap keunggulan yang dimilki adalah mewujudkan dan memelihara perdamaian. Jadi, agama dengan senantiasa mengingatkan pemeluknya untuk menebar kedamaian di dunia. Oleh karena itu, spiritualitas agama haruslah menjadi kerangka acuan bagi segenap manusia untuk mewujudkan perdamaian dunia.

Pesan Kebudayaan

Proses Kebudayaan adalah proses humanisasi. Hidup manusia menyarankan ditegakkannya semangat kesederajatan untuk membangun interdependensi. Perbedaan-perbedaan suku, ras, etnik, bahasa, dan agama bukan penghalang untuk mengikat diri dalam persaudaraan universal tadi.

Membangun Strategi

Ada beberapahal strategis yang bisa diperankan pendidikan dalam meresolusi konflik dan kekerasan didunia. Pertama, pendidikan mengambil strategi konservasi. Secara visioner dan kreatif pendidikan perlu diarahkan untuk menjaga, memlihara, mempertahankan “aset-aset budaya dan agama” berupa pengetahuan, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan menyejarah. Kedua, Pendidikan mengambil strategi Restorasi. visioner dan kreatif pendidikan perlu diarahkan untuk memperbaiki, memugar, dan memulihkan kembali aset-aset agama dan budaya yang telah mengalami pencemaran, pembusukan, dan perusakan.

Multikulturalisme Pengetahuan Funsional dan Spiritualisme Agama

Pluralisme dan multikulturalisme agama yang ada ini jika tidak dibarengi spiritualitas keagamaan akan menyulutkan kerawanan sosial, yang pada gilirannya terjadi konflik. Memperkokoh masyarakat berbasis spiritualitas –keagamaan adalah langkah strategis membangun kesejahteraan dalam arti yang sebenarnya.

Masa Depan Integrasi Bangsa : Mengaca pada Tesis Huntington Clash of Civilization

Globalisasi, di satu sisi, bisa memunculkan fenomena universal civilization (V.S. Naipul, dalam Huntington, 1996), dan sisi lain, bisa membangkitkan kesadran lokal (Yasraf Amir Piliang, 1998).

Persoalan yang dimaksud Huntington adalah terjadinya konflik disepanjang garis pemisah budaya (culture fault lines) yang memisahkan peradaban-peradaban, seperti Barat, Konfusius, Jepang, Islam, Hindu, Slavia, Amerika Latin, Afrika.

Memandang Masa Depan Peradaban Bangsa Melalui Lensa Relevansi Pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana : Kini dan Masa Depan

Dalam konteks ini ada beberapa catatn khusus. Pertama, bahwa sering diungkap bahwa bangsa ini mengalami krisis multidimensi. Kedua, saat inibangsa dan masyarakat kita sering menuju ke Indonesia Baru, setelah ada Reformasi dan mengarungi dunia melenium ke -3. Ketiga, neski “pembangunan” pernah menjadi “credo” bangsa ini selama Orde Baru, maka krisis yang pernah, dan mungkin masih, kita alami mengandung arti bahwa pekerjaan pembangunan ini harus diteruskan. Dalam konteks sekarang, tuntutannya adalah bahwa pendidikan mesti memainkan peran yang revolusioner, melakukan perubahan-perubahan yang fundemental.

Kembali ke Jiwa Pendidikan : Memperkokoh Wacana Humanisasi Pendidikan Islam

Pada bukunya, Man and Islam (1982), syariati mengungkap secara menarik tentang atribut yang melekat pada diri manusia yang membedakannya dengan binatang. Atribut yang dimaksud adalah kesdaran diri, kemauan bebas, dan kreatifitas. Tiga ciri fundamental ini menjadu pembeda manusia dengan binatang, dalm dimensinya sebagai insan bukan sebagai basyar. Sistem pendidikan Islam, disarankan mampu mengakomodasi secara integrated, antara dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik, atau dalam bahasa lain, antara dimensi intelektual, moral, dan spiritual serta profesional.

Guru : Sumber Utama Pendidikan

Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) yang diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 2003 di setiap tingkat sekolah, kecamatan, kabuoaten/kota, provinsi, dan nasional melihat perkembangan maupun kemunduran pendidikan di negara ini. Guru menempati posisi sentarl dalam mengejawantahkan dan melahirkan SDM berkualitas di negeri ini. Guru tetap merupakan unsur dasar pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan itu sendiri, terlebih bagi penciptaan SDM berkualitas. Guru bukan saja pada penguasaan materi pembelajaran, tetapi juga pada investasi nilai-nilai moral dan spiritual yang diembankan kepadanya untuk ditransformasikan kepada anak didik. Peran guru bukan saja sebagai pengajar, tetapi sekaligus sebagai pembimbing, pelatih bahkan “pencipta” perilaku peserta didik. Aspek kognitif, afektif, psikomotorik peserta didik harus menjadi fokus utama pendidikan yang dibidik oleh guru. Pendidikan wajib belajar 9 tahun harus menanamkan nilai-nilai demokratisasi, nasionalisme, dan transparasi dalam rangka menjadikan pendidikan sebagai wahana pengembangan IPTEK, Imtak, dan pemersatu bangsa. Adanya Undang-undang Guru Nomor 20 Tahun 2003 ini dimaksudkan sebagai usaha perlindungan terhadap profesi guru dan masyarakat dalam memperoleh pelayanan pendidikan yang berkualitas, dan profesi guru akan diminati kembali oleh generasi muda yang berkualitas.

Guru Agama : Kiprah dan Tantangan Masa Depan

Tugas dan peran guru agama yang paling utama adalah menanamkan rasa dan amalan hidup beragama bagi peserta didiknya. Guru agama mampu membawa peserta didik untuk menjadikan agamanya sebagai landasan moral, etik, dan spiritual dalam kehidupan kesehariannya. Guru agama juga dituntut pula kesiapan serta kematangan kepribadian dan wawasan keilmuan, mampu memainkan peran komunikator dalam menciptakan suasana keagamaan individu-individu maupun kelompok lingkungan peserta didik.

Bagaimana Metodologi Pendidikan Agama di Sekolah ?

Mutu maupun pencapaian pendidikan agama perlu diorientasikan kepada hal-hal sebagai berikut .

Tercapainya sarana kualitas pribadi, baik sebagai manusia yang beragama maupun sebagai manusia Indonesia yang ciri-cirinya dijadikan tujuan pendidikan nasional.

Integrasi pendidikan agama dengan keseluruhan proses maupun institusi pendidikan yang lain.

Tercapainya Internalisasi nilai-nilai dan norma keagamaan yang fungsinya secara moral untuk mengembangkan keseluruhan sistem sosial dan budaya.

Penyadaran pribadi akan tuntutan hari depannya dan transformasi sosial dan budaya yang etrus berlangsung.

Pembentukan wawasan ijtihadiyah (cerdas rasional) di samping penyerapan ajaran secara aktif.

Yang paling ideal untuk metodologi pengajaran pendidikan agama adalah metode integratif, yakni dengan memasukan metode suatu mata pelajaran yang lain, hanya saja tidak mudah untuk diterapkan. Perlu diingat bahwa setiap jenis metode ada kelebihan dan kelemahannya. Karena itu, kepandaian dan kecermatan dalam memilih metode akan sangat dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan kreativitas guru agama itu sendiri.

Reward and Punishment dalam Perspektif Pendidikan

Allah Swt. menguraikan bahwa, “ dunia ini merupakan arena kompetisi untuk memilih yang terbaik amalannya” (QS.Hud [11] : 7). Agama sendiri mengandung konsep pahala dan dosa untuk mengukur kualitas hidup manusia beriman. Adalah konsep reward and punishmentmerupakan pengukuran pendidikan bagi kualitas fungsional edukatif siswa yang berprestasi dan bermasalah. Sedangkan punishment dalam konteks pendidikan dimaksudkan sebagai usaha paedagogis ke arah perbaikan. Hukuman (punishment atau al-‘ uqûbah) diberikan bukan sebagai siksaan baik fisik maupun rohani, melainkan sebagai usaha mengembalikan siswa ke arah yang baik dan memotivasinya menjadi pribadi yang imajinatif-kreatif, dan produktif. Jadi, membangkitkan imajinasi kreatif dan produktif haruslah menjadi orientasi utama adanya reward and punishment dalam praktik-praktik pendidikan.

Perlu membenahi kembali Ilmu Pendidikan ?

Keraguan bahkan mungkin ketidakpercayaan, terhadap institusi pendidikan dapat dipahami dari berbagai segi. Pertama, fenomena pendidikan selalu memperlihatkan watak normatif dan Imperatif. Kedua, ketika pendidikan ditanggapi secara mikro, maka akan segera terlihat kompleksitas permasalahnnya. Ketiga, dari sudut kebijakan untuk semua, pendidikan di negara kita berhadapan dengan kenyataan kependudukan dan letak geografis yang menuntut kesiapan sumber daya dan sumber dana yang tidak kecil, den terlebih sangat penting menuntut rasa keadilan. Keempat, bukan dimaksudkan sebagai “phobia” akan kenyataan globalisasi, tapi bahwa globalisasi telah menjadi sesuatu yang fenomenal.

Untuk memenuhi keinginan terbentuknya integritas keilmuan pendidikan kiranya dibutuhkan kesiapan-kesiapan mendasar dibawah ini. Pertama, kesiapan kultural untuk menentukan orientasi normatif dan fungsi-fungsi imperatif pendidikan. Kedua, usaha mempertegas struktur atau bangunan ilmu pendidikan ditengah masyarakat yang cepat berubah. Ketiga, Riset-riset untuk membangun ilmu pendidikan pada jangka panjang perlu diadakan guna melahirkan produk keilmuan yang efektif untuk memperkuat kebijakan pendidikan yang sanggup mengakomodasi tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin dinamis dan beragam.

Urgensi Pendidikan Penelitian Benda Sejarah

Penelitian yang baru saja dirintis oleh Pusat Arkeologi di Barus telah membuktikan hal tersebut. Sebuah makam seorang wanita muslim bernama Tuhar Anisuri telah ditemukan di pesisir Barat Sumatera berumur 90 tahun lebih tua dari makam Malik As-Sholeh di Aceh Utara abad 13 M yang selama ini dikenal sebgai abad masuknya islam ke wilayah nusantara.

Eksploirasi terhadap masa lampau sudah tentu memperkaya gambaran tentang siapa dan lingkungan mana kita hidup di masa ini, untuk kemudian dapat dipergunakan sebagai pelengkap data penyempurna bagi potret kehidupan masa depan supaya lebih mempunyai arah.

Salah satu manfaat hasil penemuan semacam ini, sedikitnya bisa dijadikan cermin kehidupan, khususnya masyarakat Barus dan sekitarnya. Bukankah bangsa yang berkarya besar dan memiliki martabat yang besar sering kali disebabkan oleh karena bangsa tersebut memiliki latar belakang sejajar yang besar pula.

Thomas Alva Edison Light, 2002 : Apresiasi Pemikiran Keilmuan

Dari egi pendidikan, ilmu fisika melatih peserta didik untuk berfikir secara logis, rasional, operasional, dan terukur, sesuai dengan karakteristik ilmu ini. Pendidikan ilmu fisika mempunyai dua dimensi yang sangat erat kaitannya satu sama lain. Pertama, dimensi substansi keilmuan fisika peserta didik diarahkan untuk menguasai dalil, teori, generalisasi, konsep, dan prinsip-prinsip ilmu fisika. Kedua, fisika merupakan alat (means) pendidikan yang lebih luas, melalui ilmu fisika, logika berpikir peserta didik dikembangkan sehingga lebih tertib dan sistematis.

Kearah Pesan-pesan Perdamaian Pendidikan

Kita semua mengetahui dan memahami sedalam-dalamnya bahwa pada waktu Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) beberapa tahun yang lalu menerima resolusi dengan “The International Culture of Peace”. Badan dunia ini menganjurkan kepada kita semua untuk menempuh pendekatan dialog secara berkelanjutan dan tidak menggunakan pendekatan militer.

PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA.


memahami Jati Diri Bangsa Melalui Lensa Pendidikan.

Jati diri merupakan kontinum, Ia merupakan bentukan proses panjang yang melibatkan aspek kolektif, dan jarang ( atau mustahil ) bersifat tunggal. Membangun (kembali) jati diri bangsa memang suatu usaha bersama yang harus terus berlanjut. Identitas dilukiskan sebagai the journeying self.

Diri yang berjalan, berziarah. Sehingga identitasnya adalah hasul dari berbagai pengalaman sosial yang tergantung dari pertemuan dengan unsur yang baru atau tergantung dari apa yang ditinggalkan. Dia berubah menurut tantangan yang ditemui dan jawaban yang diberikan.

Pendidikan sebagai Praksis Pembangunan Bangsa : Telaah Atas Peranan Pranata Kependidikan.

Pendidikan sebagai praksis pembangunan bangsa, meskipun terkesan klise, tapi tetap menarik dan penuh makna. Lebih-lebih ditengah-tengah suasana krisis multi dimensi yang berkepanjangan mendera bangsa dan negara, dimana peran pendidikan ikut dipertanyakan, bahkan di gugat:

Peranan Pranata Pendidikan

Peranan guru dan pemimpin pendidikan

Peran dan tanggung jawab : Menerjemahkan nilai-nilai, norma, dan muatan pendidikan yang dituntut oleh masyarakat, bangsa, negara yang terus bergerak secara dinamis

Mengelaborasikan makna dan isi pendidikan sebagai praksis pembangunan bangsa sesuai dengan kemajuan IPTEK maupun perkembangan dan perubahan yang telah berlangsung

Menggali dan mencari alternatif model dan jenis pendidikan yang berwawasan lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya.

Peranan lembaga-lembaga pendidikan formal seperti sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi

Peran dan tanggung jawab yang paling banyak dituntut :

Kemampuannya dalam menjalankan serangkaian kebijakan pendidikan yang telah terbakukan lewat sistem yang berlaku secara nasional, baik kuantitas maupun kualitas

Kemampuannya dalam memenuhi dan mewujudkan pendidikan nasional secara akademik khususnya yang berhubungan dengan mutu yang bertaraf nasional maupun internasional

Kemampuannya dalam mengemban visi dan misi bangsa

Peranan lembaga-lembaga keagamaan sebagai wadah pendidikan bersifat khusus dan non-formal seperti pondok pesantren, tempat-tempat ibadah, dan organisasi sosial keagamaan

Peranan yang paling menonjol, diantaranya :

Menerjemahkan nilai dan moral agama

Membimbing dan mengarahkan masyarakat kearah kemajuan melaui tradisi yang dimilikinya

Menanamkan sifat-sifat dan prilaku yang terpuji dan luhur bagi terciptanya peradaban yang religius

Peranan pusat-pusat keilmuan sebagai wadah kegiatan penelitian, pembelajaran, dan pelatihan

Peran pusat-pusat keilmuan itu, terutama adalah dalam :

Memanajemen sumber-sumber keilmuan itu sebagai kekuatan yang mendukung pendidikan akademis, profesi dan keterampilan

Menjembatani dan menginformasikan sumber-sumber keilmuan itu untuk memajukan dan memperbaharui sistem dan kebijakan pendidikan nasioanal

Memelihara dan sekaligus mengembangkan sumber-sumber keilmuan itu sebagai bagian dari kekayaan dan kebanggaan bangsa dan negara.

Peranan pusat-pusat seni dan budaya sebagai wadah kegiatan pendidikan dan kebudayaan

Peran utamanya adalah :

Menerjemahkan nilai-nilai seni dan budaya yang dimiliki sebagai landasan proses pembangunan bangsa

Memosisiskan seni dan budaya yang dimiliki sebagai kekuatan riil dalam proses pembangunan bangsa

Memelihara dan mengembangkan seni dan budaya sebagai kekayaan dan kebanggaan bangsa dan negara

Menyinergikan Peranan Pranata Kependidikan

Menyinergikan peranan pranata kependidikan itu diangankan mampu melahirkan semacam inner power and beuty, dan power and beuty in simplicity, dalam arti “ murah dan sederhana, tapi kuat dan indah”.

Pendidikan Nasional, Bangsa Indonesia, dan Kehidupan Berbangsa

Bahasa Indonesia selain merupakan bahasa nasional juga merupakan bahasa negara. Oleh karena itu, sangatlah wajar kalau setiap orang dituntut untuk menguasai bahasa indonesia agar ia dapat menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya dan dapat menjaga dan menikmati haknya sebgai warga negara. Dalam hubungan itulah pendidikan dalam arti yang luas mempunyai peran kunci dalam kehidupan berbagsa dan bernegara.

Aspek Pendidikan

Pendidikan nasional saat ini mempunyai landasan yang lebih mantap dengan telah disahkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Disinilan bahasa Indonesia dapat berperan sebagai sarana utama untuk melancarkan tercapainya tujuan komunikasi. Dengan kata lain, penguasaan bahasa Indonesia yang baik sangat diperlukan oleh para pengelola dan pelaksana pendidikan, peserta didik, orang tua, dan warga masyarakat pada umumnya sebagai modal utama untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Pengajaran Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi tidak hanya dibutuhkan oleh warga negara Indonesia. Warga negara asing pun cukup banyak yang ebrminat untuk mempelajari dan menguasai bahasa Indonesia. Seperti halnya beberapa negara asing, selain negara yang berbahasa inggris mampu mengenalkan budayanya di Indonesia melalui kursus bahasa asing yang diselenggarakan oleh negara yang bersangkutan.

Kehidupan Berbangsa

Dalam kehidupan berbangsa kita pasti perlu berkomunikasi, baik antar warga maupun antar warga masyarakat dan pemerintah. Dengan kita mengetahui bahasa Indonesia dengan baik kita dapat memenuhi dan melaksanakan peraturan perundang-undangan.

Kaitan Ilmu dan Moral : Upaya Membangun Moralitas dan Sikap Ilmiah Bangsa.

Apabila hakikat moral adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia, maka ilmu memiliki sifat sebaliknya. Yakni, ia senantiasa berupaya mengungkapkan realitas sebagai mana apa adanya. Verifikasi moral dan ilmu demikian hampir mendirikan ilmu sebagai pengetahuan bebas nilai, lebih-lebih yang bersifat dogmatis. Sedangkan moral selalu cenderung memaksakan nilai-nilai itu, meski terhadap argumentasi-argumentasi ilmiah sekalipun.

Pandangan Islam terhadap Ilmu dan Moral

Meski Alquran dan hasist Nabi Saw. Berulangkali menyuruh umat manusia mencari ilmu, tapi kunci keselamatan manusia di dunia dan akhirat pada akhirnya tidaklah ditentukan oleh ilmu sendiri, tetapi oleh moralitas dan akhlaknya.

Sifat ilmu digunakan untuk kebaikan dan keburukan. Ilmu juga bersifat komunal dan universal, artinya ilmu pengetahuan menjadi milik bersama, sehingga setiap orang berhak memanfaatkannya. Islam tetap membebaskan ilmu sebagai hikmah atau pengetahuan yang netral bagi penemunya, lalu dalam waktu yang bersamaan Allah Awt. memberikan nilai-nilai yang harus dikembangkan dalam arti penggunaannya.

Tanggung jawab profesional dan sosial tersebut adalah fenomena dimana ilmu pengetahuan dapat berkembang sesuai dengan nilai-nilai moral, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan.

Pengembangan Sikap Ilmiah dalam Konteks Pendidikan Nasional

Upaya perbaikan perlu senantiasa dilakukan secara berkesinambungan, yaitu dengan senantiasa melakukan penyesuaian antara sistem pendidikan yang berlaku dengan ciri khas kebudayaan masyarakat yang selalu berkembang. Perlu dibangun dan dikembangkan sistem pendidikan nasional atas dasar kesadaran kolektif bangsa yang bermoral dan mencintai ilmu pengetahuan dalam rangka ikut memecahkan berbagai masalah sosial yang dihadapi bangsa Indonesia.

Peran Serta Universitas dalam Pembangunan Nasional.

Masyarakat Indonesia dan dunia pada umumnya saat ini, memasuki era perubahan sosial yang kritis. Tidak seperti perubahan-perubahan besar yang pernah melanda peradaban manusia dimasa lalu yang berlangsung secara evolusioner, dinamika masyarakat memasuki milineum ketiga saat ini berlangsung dalam waktu yang relatif sangat cepat dan kompleksitas yang lebih tinggi. Dalam konteks yang lebih makro, universitas dituntut untuk menyediakan kesempatan belajar yang lebih luas, lebih mempedulikan kebutuhan client yang arasnya mulai dari kebutuhan individual, daya saing ekonomi para lulusannya, kepedulian terhadap pelestarian lingkungan, bahkan sampai pada aspek sosio-kultural,pertahanan dan keamanan nasional.

Pergeseran Konteks Pembangunan Nasional

Tanda-tanda pergeseran konteks kehidupan ini secara nyata terlihat didalam kehidupan sehari-hari. Pembangunan nasional yang selama ini diidentikan dengan akumulasi dan pemanfaatan modal yang bercorak fisik dan finansial harus bergeser ke penciptaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Faktor lain yang menambah rumitnya wacana dan konteks pembangunan nasional di Indonesia saat ini adalah adanya transisi yang ditandai masih belumsatunya visi dan penafsiran terhadap kebijakan otonomi daerah, sehingga dalam beberapa persoalan tertentu terasa sulit “menyatubahasakan” hak dan kewenangan daerah dengan kepentingan nasional. Tantangan pembangunan nasional ke depan, khususnya disektor pendidikan adalah penyediaan dan pengelolaan pendidikan terutama pendidikan tinggi, yang mampu menghasilkan sumber manusia unggulan, dengan produk ilmu pengetahuan dan teknologi yang secara fungsional dapat dimanfaatkan sebagai kunci strategis untuk mendukung eksisitensi bangsa dan partisipasinya dalam komunitas dunia.

Rekontruksi Peran Universitas dalam Pembangunan Nasional

Peran penting universitas adalah kenyataan bahwa dukungan pembiayaan pemerintah dalam masa ekonomi yang sulit seperti sekarang sangatlah terbatas, sebagaimana dialami juga disektor-sektor lain. Salah satu persolan yang tidak sederhana untuk dipecahkan adalah peran universitas sebagai intuisi pendidikan yang berstandar nasional ( bahkan dalam jangka panjang diharapkan memiliki standar internasional) di tengah-tengah maraknya semangat otonomi daerah yang berdimensi banyak.

ARAH BARU PENDIDIKAN NASIONAL MENGHADAPI ERA GLOBAL


visi dan Misi Pendidikan Nasional

Pendidikan nasional memiliki visi dan misi yang jelas dan tegas. Visi dan misi ini bertumpu pada kenyataan, bahwa: Pendidikan nasional mengemban visi dan misi integrasi nasional, martabat kemanusiaan, spiritual dan moralitas bangsa, kecerdasan, dan kecakapan hidup.

Merangkai Propenas Pendidikan Berwawasan Globalisasi : Refleksi Hardiknas 2004

Mengarahkan pandangan kearah pembangunan pendidikan di Indonesia tampaknya membutuhkan keseriusan. Bnayak kendala yang menghadang. Profesionalisme dan Kontekstualisme pendidikan merupakan prasyarat utama bagi pembangunan pendidikan di masa depan.

Tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia. Pertama,mempertahankan hasil-hasil yang telah dicapai. Kedua, mengantisipasi era globalisasi.Ketiga, melakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional yang mendukung proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keragaman kebutuhan/keadaan daerah peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.

Adapun masalah paling mendesak untuk dipecahkan adalah masih rendahnya pemerataan pendidikan, masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan, dan masih rendahnya manajemen pendidikan. Untuk memecahkan masalah tersebut beberapa kebijakan telah ditempuh. Pertama, pendidikan berbasis masyarakat luas dengan orientasi kecakapan untuk hidup. Kedua, Penerapan manajemen berbasis sekolah. Ketiga, pelaksanaan otonomi dan desentralisasi dengan pembentukan Komite Sekolah, Dewan pendidikan, dan Standarisasi Pendidikan.

Desentralisasi Pendidikan dan Peningkatan kualitas SDM

Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah Otonom dengan kerangka NKRI. Beberapa aturan mengenai Otonomi Daerah ini diungkapkan dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah Otonom.

Melalui Undang-Undang diatas, pendidikan diharapkan berorientasi kepada mutu, relevan, dengan kondisi global dan kebutuhan daerah, dan merata pada masyarakat setempat. Analisis SWOT ( Strenght, Weakness, Opportunity, and Treatment [Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Hambatan] ) adalah strategi awal bagi pemberdayaan dan pengembangan pendidikan daerah.

Manajemen Berbasis Sekolah : Filosofi dan Kontekstualisasi di Indonesia

Secara konseptual, MBS dipahami sebagai salah satu alternatif pilihan formal untuk mengelola struktur penyelenggaraan pendidikn yang terdesentralisasi dengan menempatkan sekolah sebagai unit utama peningkatan. Terkait dengan desentralisasi, MBS dikembangkan untuk membangun sekolah yang efektif. Hanya saja, konsep desentralisasi model MBS mengacu pada sekolah swa-manajemen (self managing school), bukan pada penyelenggaraan sekolah mandiri (self-governing school). Depdiknas merumuskan pengertian MBS sebagai model manajemen yang memberikan secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.

Untuk mencapai efesiensi dan efektivitas yang optimal dalam manajemen dan alokasi sumber daya yang mereprensentasikan MBS, sekolah perlu merumuskan konsep akuntabilitas sekolah.

tersengat ubur-ubur dan cara mengatasi sengatannya










Beberapa waktu yang lalu, demi menghilangkan penat di pikiran dan perasaan, saya berefresing ke sebuah pulau peucang di ujung kulon. Anda mungkin sudah tahu beberapa pantai terkenal di Ujung Kulon di Indonesia. Keadaan laut di sana sangat indah, airnya Jernih dengan Batu-batu karang dimana-mana. Anda bisa melihat bintang laut, ikan-ikan laut, kerang laut, dan banyak tumbuhan laut hanya dengan menginjakkan kaki disana tanpa repot-repot menyelam dan sebagainya.

Tanpa pikir panjang saya bersnockling di pinggir pulau tersebut, di dalam laut saya dapat melihat karang-karang dan puluhan-ratusan ikan yang sangat indah sekali. Sedang asik-asiknya meliat ikan-ikan yang menarik, tiba-tiba saya merasakan seperti sengatan dikaki saya. rasanya sangat panas sekali.

Saya belum tahu apa benda yang melintas dikaki saya itu. Saya cuma keheranan dan kesakitan. Saya kemudian lari ke pinggir pantai dan menanyakan hal ini kepada orang tua saya. Mereka bilang bahwa saya terkena sengatan ubur-ubur. Dengan panik, sepupu saya bercerita bahwa ubur-ubur seperti itu sangat berbahaya dan bisa menyebabkan kematian. Saya ketakutan juga waktu itu. Katanya juga, ia pernah melihat luka parut seperti terkena cambukan di tangan seseorang gara-gara sengatan ubur-ubur ini. Kami berempat panik waktu itu.

Pencarian pertolonganpun dimulai. Pertama ada seorang wanita setengah baya yang lewat dan kami mintai pertolongan. Katanya hal tersebut bisa disembuhkan dengan tajin (hasil menanak nasi). Dia bisa menolong kita waktu itu. Kami mengikuti wanita itu kemudian. Beberapa langkah setelah mengikutinya, wanita itu malah mengatakan kepada kami bahwa nanti kalau sudah ditolong sebaiknya kami memberikan uang ala kadarnya. Kami terkejut. Belum ditolong udah ngomongin uang. Agak tersinggung juga waktu itu. Akhirnya kami mengurungkan niat mengikuti wanita itu dan mencari pertolongan yang lain.

Sengatan berbisa itu mulai menyerang saraf-saraf kakiku. kakiku menjadi linu dan pegal bukan main. Seakan-akan akan mati rasa. Semakin takut juga saya waktu itu. Datanglah kemudian pertolongan dari para nelayan yang kami temui. Dengan penjelasan yang tidak saya mengerti saya kemudian dibakarkan akar tanaman (entah apa namanya saya tidak tahu) dan kemudian akar itu ditempelkan dibagian yang terkena sengatan. Sambil melakukan pertolongan tersebut, ada nelayan yang bercerita kalau pernah ada yang meninggal gara-gara tersengat ubur-ubur teresebut. Jantungnya berhenti. Sengatan ubur-ubur memang menyerang saraf kita sehingga nyeri saraf begitu terasa.

Luka nyeri ditangan ternyata tidak hilang. Kemudian datang seseorang yang sok Tabib mengatakan akan mengobati kami. Ini lebih mengerikan lagi ceritanya. Sembari mengoleskan akik (cincin bermata batu) yang dibawanya di lengan teman saya (saya setelah melihat pengobatan gaib ini memutuskan tidak melakukannya), ia bercerita bahwa sengatan ubur-ubur ini seperti sengatan ular kobra. Halah. Kok mengerikan amat nich ceritanya. Tapi dari nadanya saya tahu bahwa dia hanya mengada-ada. Ia hanya pengen sesuatu dari kita. Saya sudah menduga hal ini ketika para nelayan memandang agak aneh ketika pria berakik ini menawarkan bantuan. Seakan-akan para nelayan yang saya pikir paling jujur dan baik tanpa pamrih itu, ingin mengatakan kepada saya bahwa pria berakik itu pembohong dan pembual. Dan untungnya saya menangkap pesan isyarat wajah mereka.

Dengan tangan nyeri dan pegal akhirnya kami memutuskan untuk pulang dan mencari puskesmas terdekat. Kami sampai ke desa peucang dengan selamat. Sesampai di rumah kemudian saya bercerita kepada teman kuliah bahwa saya tersengat ubur-ubur. Dan terbukalah pengetahuan kami bahwa ubur-ubur tersebut memiliki sifat basa. Dengan demikian sengatan ubur-ubur bisa dinetralkan dengan zat asam. Dengan penjelasan kimia yang sedikit saya mengerti, saya kemudian dianjurkan untuk merendam luka saya di asam cuka. Dan ternyata hal ini berhasil.

Beberapa waktu kemudian saya melihat televisi yang tidak sengaja membahas sengatan ubur-ubur ini. Memang jika ubur-uburnya cukup besar dan menyengat daerah sensitif seperti perut atau dada hal itu bisa berbahaya. Kematian adalah resikonya. Dan benar juga bahwa cara pertolongan pertama adalah dengan menyiramkan larutan Asam Cuka Makanan atau apapun ke daerah yang terkena sengatan. Setelah itu jika cukup parah bawa ke rumah sakit.

Peranan Bahasa Indonesia Dalam Penulisan Ilmiah


Dalam penulisan ilmiah, bahasa yang dipakai sering diartikan sebagai tulisan yang mengungkapkan sebuah pikiran sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian yang seksama dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu, menurut metode tertentu, dengan sistematika penulisan tertentu, serta isi, fakta, dan kebenarannya dapat dibuktikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Bentuk-bentuk karangan ilmiah identik dengan jenis karangan ilmiah, yaitu makalah, laporan praktik kerja, kertas kerja, skripsi, tesis, dan disertasi.

Bahasa adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari bahasa tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai bentuk pengekspersian diri,apa yang dirasakan, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk melakukan kontrol social dan beradaptasi sosial dalam lingkungan.

Tujuan Umum : Mahasiswa memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

1. Kesetiaan bahasa: Mendorong mahasiswa memelihara bahasa nasional dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh asing.

2. Kebanggaan bahasa: Mendorong mahasiswa mengutamakan bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas bangsanya.

3. Kesadaran akan adanya norma bahasa: Mendorong mahasiswanya menggunakan bahasanya sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Tujuan Khusus : Mahasiswa, calon sarjana, terampil menggunakan bahasa Indonesia dengan benar, baik secara tertulis maupun secara lisan.

Tujuan jangka pendek

1. Mahasiswa mampu menyusun sebuah karya ilmiah sederhana dalam bentuk dan isi yang baik, dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2. Mahasiswa dapat membuat tugas-tugas (karangan ilmiah sederhana) dari dosen-dosen dengan menerapkan dasardasar yang diperoleh dari kuliah bahasa Indonesia.

Tujuan jangka panjang

1. Mahasiswa mampu menyusun skripsi sebagai syarat ujian sarjana.

2. Mahasiswa lebih terampil menyusun kertas kerja, laporan penelitian, surat, dan karya ilmiah lainnya setelah lulus.

Dalam penulisan ilmiah, bahasa merupakan hal yang paling penting. Oleh karena itu kita harus menggunakan bahasa tersebut dengan sebaik-baiknya.

Berikut adalah cara penggunaan bahasa dengan baik:

1. Dalam penggunaan ejaan atau penggambaran bunyi bahasa

2. Dalam penggunaan partikel seperti lah, kah, tah, pun. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Dimanakah engkau? Sedangkan pada partikel pun ditulis terpisah dari kata sebelumnya. Contoh: Dimana pun.

3. Dalam hal pemakaian Ragam Bahasa. Ragam lisan terdiri atas ragam lisan baku dan ragam lisan takbaku; ragam tulis terdiri atas ragam tulis baku dan ragam tulis takbaku.

4. Dalam penulisan Singkatan dan Akronim.Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan jabatan atau pangkat diikuti tanda titik.. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital..

5. Dalam penulisan Angka dan Lambang Bilangan. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai berturut-turut

6. Dalam pemakaian tanda baca. Pemakaian tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik dua (:), tanda titik koma (,), tanda hubung, (-) tanda pisah (_), tanda petik (”), tanda garis miring, (/) dan tanda penyingkat atau aprostop (’).

7. Dalam pemakaian imbuhan, awalan, dan akhiran.

8. Dalam penulisan ilmiah, selain harus memperhatikan faktor kebahasaan, kita pun harus mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan. Faktor tersebut sangat berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide. Dalam kaitan ini, kita harus memperhatikan ketepatan kata yang mengandung gagasan atau ide yang kita sampaikan, kemudian kesesuaian kata dengan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.

Dalam berbagai tulisan ilmiah, bahasa sering diartikan sebagai tulisan yang mengungkapkan buah pikiran sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian yang seksama dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu, menurut metode tertentu, dengan sistematika penulisan tertentu, serta isi, fakta dan kebenarannya dapat dibuktikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Bentuk-bentuk karangan ilmiah identik dengan jenis karangan ilmiah, yaitu makalah, laporan praktik kerja, kertas kerja, skripsi, tesis dan disertasi.

KEPUASAN KONSUMEN

Kepuasan Konsumen

Kepuasan konsumen adalah suatu perbedaan antara pengamatan terhadap penampilan suatu produk dan harapan, menurut Kotler, (1997) : Alat untuk mengukur kepuasan konsumen atau pelanggan adalah :

a. Sistem keluhan dan saran : Sebuah perusahaan yang berfokus pada pelanggan mempermudah pelanggannya untuk memberikan saran dan keluhan.

b. Survei kepuasan pelanggan : Bila para pelanggan tidak puas dengan satu dari pembelian, kurang dari 5% pelanggan yang tidak puas akan mengeluh.

c. Belanja siluman : Perusahaan dapat membayar orang untuk bertindak sebagai pembeli potensial untuk mendapatkan temuan tentang kekuatan atau kelamahan yang mereka alami dalam membeli produk perusahaan dan produk pesaing.

d. Analisa kehilangan pelanggan : Perusahaan baru menghubungi pelanggan yang berhenti membeli atau berganti pemasok untuk mempelajari sebabnya.

1.1 Pengertian dan Konsep Jasa

Tujuan dari manajemen jasa pelayanan adalah untuk mencapai tingkat kualitas pelayanan tertentu, karena erat kaitannya dengan pelanggan, maka tingkatan ini dihubungkan dengan tingkat kepuasan pelanggan. Mengingat pentingnya pelayanan, maka perlu diketahui arti atau batasan dari jasa atau pelayanan itu sendiri. Menurut Kotler (2000 : 486) “Jasa adalah setiap kegiatan atau tindakan yang dapat ditawarkan oleh pihak satu kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan pada satu produk fisik.”

1.2 Karakteristik Pemasaran Jasa

Pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk yang dikenal secara umum. Hal tersebut dikarenakan jasa mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan produk fisik. Karakteristik pemasaran jasa tersebut adalah intangibility, inseparability, variability dan perishability.

1. Intangibility (tidak berwujud)

Jasa berbeda dengan barang jika barang merupakan suatu obyek alat atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan kinerja (performance) atau usaha. Bila barang dapat dimiliki maka jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki.

Jasa bersifat intangible artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum membeli. Oleh karena itu untuk mengurangi ketidak pastian para pelanggan memperhatikan atau tanda-tanda bukti kualitas jasa. Konsumen akan menyimpulkan kualitas jasa dari tempat (pleace), orang (people), peralatan (equipment), bahan-bahan komunikasi (communication materials), simbol dan harga yang mereka amati.

2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)

Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual lalu dikonsumsi, sedangkan jasa biasanya dijual terlebih dahulu baru kemudian dikonsumsi dan diproduksi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri khas dalam pemasaran jasa.

3. Variability (variabilitas)

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non standardized out put artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis tergantung pada siapa kapan, dan dimana jasa dihasilkan.

4. Perishability (tidak tahan lama)

Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi bus yang kosong akan berlalu begitu saja karena tidak dapat disimpan. Dengan demikian apabila jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja.

1.3 Kualitas Pelayanan

Kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan suatu yang harus dikerjakan dengan baik, aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan. Dalam rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar ataupun sebagai strategi untuk terus tumbuh.

Keunggulan suatu produk atau jasa adalah tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut. Apakah sudah sesuaidengan harapan dan keinginan pelanggan.

Kotler (1994 : 465) membagi macam-macam jasa sebagai berikut :

a. Barang berwujud murni

Disini hanya terdiri dari barang berwujud tidak ada jasa yang menyertai produk tersebut, misalnya : sabun dan pasta gigi.

b. Barang berwujud disebut jasa pelayanan

Barang yang ditawarkan berupa barang berwujud yang disertai satu atau lebih jasa atau pelayanan untuk meningkatkan minat konsumen sebagai contoh jaminan asuransi, pemeliharaan dan perbaikan untuk kurun waktu tertentu.

c. Campuran

Penawaran terdiri atas barang dan jasa dengan proporsi yang sama misalnya restoran yang harus didukung oleh makanan dan pelayanan.

d. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan

Penawaran yang ditawarkan berupa jasa utama dengan jasa tambahan atau barang pelengkap, misalnya para penumpang pesawat terbang selain memilih jasa transportasi mereka juga mendapatkan makanan, minuman, serta majalah selama penerbangan.

e. Jasa murni

Disini ditawarkan hanya jasa, misalnya jasa menjaga bayi.

Dimensi kualitas jasa menurut Zeithaml dan M.J.Bitner yang dikutip oleh Umar (2003 : 152 ) dibagi menjadi lima dimensi kualitas jasa yaitu:

1. Reliability, yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.

2. Responsive, yaitu respon atau kesiapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap, yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam melayani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan.

3. Assurance, yaitu meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, ketrampilan dalam memberikan informasi. Dimensi ini merupakan gabungan dari sub dimensi :

a. Kompensi (competence), ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para karyawan untuk melakukan pelayanan.

b. Kesopanan (courtesy), meliputi keramahan, perhatian dan sikap para karyawan.

c. Kredibilitas (credibility), meliputi hal-hal yang mendukung dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi.

4. Emphaty, yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan, seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami kebutuhan dan keinginan pelangganny. Dimensi ini merupakan gabungan dari sub dimensi :

a. Akses (access), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan perusahaan.

b. Komunikasi (communication), merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan (understanding the customer), meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami kebutuan dan keinginan pelanggan.

5. Tangible, meliputi penampilan fasilitas fisik, seperti gedung ruangan front office, tersedia tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan.

1.4 Strategi Kepuasan Pelanggan

Menurut Cortern (1993) yaitu kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu. Pada prinsipnya kepuasan pelanggan akan menyebabkan para pesaing harus bekerja keras dan memerlukan biaya tinggi dalam usahanya merebut pelanggan suatu perusahaan. Ada beberapa strategi yang dapat dipadukan untuk meraih dan meningkatkan kepuasan pelanggan diantaranya :

1. Relationship marketing

Dalam strategi ini hubungan antara penyedia jasa dan pelanggan yang berkelanjutan tidak berakhir setelah penjualan selesai. Dengan kata lain dijalin suatu kemitraan jangka panjang dengan pelanggan secara terus menerus, sehingga dapat terjadi bisnis ulangan.

2. Strategi supervisor customer service

Perusahaan yang menempatkan strategi ini berusaha menawarkan pelayanan yang lebih unggul dari pada para pesaingnya.

3. Strategi unconditional guaranties

Perusahaan jasa dapat mengembangkan argumen service terhadap care servicenya, misalnya dengan merancang garansi tertentu atau dengan memberikan pelayanan purnajual.

4. Strategi penanganan keluhan yang efektif

Penanganan keluhan yang baik memberikan peluang untuk mengubah seseorang pelanggan yang tidak puas menjadi puas atau bahkan pelanggan abadi.

1.5 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan Psikologi dari pembeli.

A. Faktor Kebudayaan

1. Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya bertindak bardasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari

2. Sub-Budaya

Setiap kebudayaan terdiri dari sub-sub budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya.

3. Kelas Sosial

Kelas-kelas social adalah kelompok-kelompok yang relatif homogen bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai dan perilaku yang sempurna.

B. Faktor Sosial

1. Kelompok Referensi

Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Beberapa diantaranya adalah kelompok primer, yang dengan adanya interaksi berkesinambungan seperti teman, keluarga, tetangga, teman sejawat. Kelompok-kelompok sekunder, yang cendrung lebih resmi dan yang mana terjadi interaksi yang kurang berkesinambungan. Kelompok yang seseorang yang ingin menjadi anggotanya disebut kelompok aspirasi. Sebuah kelompok disasosiatif adalah kelompok yang nilai atau perilaku tidak sesuai oleh individu.

Para pemasar berusaha mengidentifikasikan kelompok-kelompok referensi dari konsumen sasaran mereka. Orang umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok referensi mereka ada 3 cara. Pertama, kelompok referensi memperlihatkan pada orang perilaku dan gaya hidup baru. Kedua, mereka juga mempengaruhi konsep dan sikap jati diri seseorang karena orang tersebut umumnya juga ingin “menyesuaikan diri”. Ketiga, mereka menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri yang dapat mempengaruhi pilihan produk dan merk seseorang.

2. Keluarga

Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli yang pertama adalah keluarga orientasi, yang merupakan orang tua seseorang. Dari orang tualah seseorang mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta. Keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup anak-anak seseorang keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif.

3. Peran dan Status

Seseorang pada umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya. Posisi seseorang dalam kelompok dapat dilihat dari peran dan statusnya.

C. Faktor Pribadi

1. Umur dan Tahapan Dalam Siklus Hidup

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.

2. Pekerjaan

Para pemasar mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.

3. Keadaan Ekonomi

Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi adalah seseorang terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan (tingkatannya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya, kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap lawan menabung.

4. Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungan.

5. Kepribadian dan Konsep Diri

Yang dimaksud dengan kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen.

D. Faktor-Faktor Psikologis

1. Motivasi

Teori-teori motivasi adalah sebagai berikut :

a. Teori Motivasi Freud, mengasumsikan bahwa kekuatan-kekuatan psikologis membentuk perilaku manusia sebagian besar bersifat dibawah sadar. Freud melihat bahwa seseorang akan menekan berbagai keinginan sesuain dengan proses pertumbuhannya dan proses penerimaan sosial. Keinginan-keinginan ini tidak pernah berhasil dikendalikan secara sempurna dan biasanya muncul kembali dalam bentuk mimpi, salah bicara, perilaku-perilaku neurotis.

b. Teori Motivasi Maslow, menjelaskan mengapa seseorang didorang oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu pada saat-saat tertentu. Mengapa seseorang menggunakan waktu dan energi yang besar untuk keamanan diri sendiri sedangkan yang menggunakan waktu dan energi yang besar untuk mengejar harga diri? Jawabannya adalah bahwa kebutuhan manusia tersusun secara hierarki dari kebutuhan yang paling mendesak sampai yang kurang mendesak

c. Teori Motivasi Herzberg, mengembangkan “teori motivasi dua faktor” yang membedakan antara faktor yang menyebabkan ketidakpuasan dan faktor yang menyebabkan kepuasan.

2. Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan dan mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini

3. Proses Belajar

Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.

4. Kepercayaan dan Sikap

Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.